Minggu, 08 November 2015

Blank Space Part 1

Oh iya kenalin dulu. Kalau dalam kamus gue halaman tujuh belas ribu enam ratus sembilan puluh sembilan, mengatakan bahwa tak kenal maka tak tahu. Gue adalah Lia Tan. Gue adalah orang yang gemar sekali Menulis. Sempet sih gue bercita-cita menjadi penulis, tapi cita-cita gue yang satu itu hanyalah setinggi tanah, malah mungkin lebih rendah dari tanah. Gue juga suka main alat musik dan dengerin lagu. Semua jenis lagu genre apapun gue punya, kecuali jazz dan lagu jadul-jadul yang bikin sedih kalau didengerin.

Hari ini adalah hari pertama gue resmi menjadi siswi SMA setelah melewati MOS. Hari ini terasa sangat berbeda, semua serba baru, Suasana yang sangat tak bisa diartikan. Gue bangun sangat pagi untuk menyiapkan segala keperluan.

Juli 2015,

Aku menggerutu, Ayahku tak dapat menemaniku ke Sekolah baru. Akhirnya, aku naik bajaj yang biasa mangkal di depan komplek. Setelah sampai digerbang, aku seperti orang tersesat, tak ada seorangpun yang ku kenal. Aku mendapat kelas X IPA 2, saat aku masuk kelas aku bingung harus duduk dimana. Terlihat seorang lelaki yang duduk termenung dipojok dekat jendela, parasnya tampan, dengan mata yang tajam ia melirik ke arah jendela dengan pandangan kosong. Aku segera menghampirinya.

"Hai, boleh aku duduk disini" tanyaku.
Terserah kau saja. jawabnya ketus.
Yasudah, kalau kau tak mau duduk denganku, maaf aku telah menggangumu.
Aku segera melangkah pergi. baru ingin melangkah, ia tiba-tiba berbicara.
"Kalau kau ingin duduk, duduk saja. Kau seperti orang bingung, aku ingin duduk denganmu, tapi kau jangan berisik".
Segera ku letakan tas diatas meja tepat disebelah mejanya.
"Baiklah, aku juga tahu kau ingin duduk denganku. Brisik hanya alasanmu saja, kan" cetusku.
"Terserah kau saja!" Jawabnya sambil berjalan keluar kelas. Aku memutuskan untuk membaca buku ensiklopedia sains yang baru kubeli kemarin. Aku selalu suka melihat galaxy dan bintang dilangit, itu membuatku penasaran. Apakah ada mahkluk hidup diluar bumi? Apa alien itu nyata? Sepanas apa planet Venus? Berapa banyak planet yang mirip bumi? Kapan aku travel ke planet Mars? Seluas apa langit? Dimana pintu dimensi lain?. Ah sudahlah, pertanyaan itu membuatku berandai - andai.

Kring Kring Kring…!!! tak terasa bunyi bel sudah terdengar menandakan jam istirahat, aku pun keluar kelas untuk beristirahat. 

ketika menuruni tangga aku tak sadar, aku tak tahu ternyata kami saling berhadapan. Aku terdiam entah kenapa aku jadi salah tingkah begini, dia menatapku dengan tatapan dingin.
"Kau selalu terlihat sendirian, atau hanya aku yang mengenalmu disini ?"Tanyanya. Hey! Kau lihat dirimu, kau juga terlihat sendirian." Sahutku tak kalah antusias. "Aku lebih senang sendiri, menjaga privasiku. Siapa namamu ?" Tanya nya. 
"Aku Lia Tan. Panggil saja Lia. Orang macam apa kau ini, yang suka sendiri. Aku sebenarnya tak suka sendiri, dulu aku selalu terkenal disekolah, temanku banyak, dulu aku suka bicara dan aktif disekolah, bahkan cowok paling keren disekolahku dulu pernah menyukaiku. Sulit menerima kenyataan tak ada teman dan tak ada yang mengenalku disini, heran" kataku menggerutu.
"Aku Garry, selamat menikmati harimu disini" jawabnya sambil mengernyitkan dahinya kepadaku. Lalu ia membelakangiku. Kupanggil dia namun tak ada jawaban. Hanya pandangan sinis yang ia berikan. 
"Dia memang aneh" cerutuku dalam hati. Aku langsung menuju kekantin membeli beberapa snack untuk mengganjal perutku. 
Tiba - tiba bel masukpun berbunyi. Aku segera kembali kekelas. Jam terakhir diisi pelajaran sejarah. Perlu diketahui, aku tak suka pelajaran sejarah. Itu membuatku mengingat sejarahku bersama teman - teman lamaku. Betapa aku merindukan mereka. "Ah, ucapanku jadi tak karuan" cerutuku dalam hati. Akhirnya waktu pulangpun tiba, beruntunglah aku membawa payung, karena hari ini hujan. Seperti pepatah "Sedia payung sebelum hujan". Aku menunggu jemputan ayahku dibalkon sekolah. Aku melihat Garry kehujanan di sebrang jalan, segera kuhampiri dia.
"Mau aku temani?" Tanyaku.
"Gak usah! Aku sudah biasa melakukannya sendiri" lelaki itu melangkah berlawanan arah, menyebrang jalan yang padat. Aku tadi sudah menawarkan diri menemaninya. Aku berdiri didepan pintu dengan sedikit atap yang membatasiku antara hujan dan kering.

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah menggunakan motor, tak sengaja aku melihat Garry diperempatan dekat sekolah. 
"Hay Garry, ayo kita berangkat bersama?"
"Tak usah! Kau duluan saja" jawabnya.
Lagi, lelaki itu melangkah berlawanan arah, menyebrang jalan yang padat.

Aku?

Aku begitu malu sekali mendapat penolakan yang sama.

Saat jam pelajaran berlangsung, aku melihat tatapan mata Garry mengarah ke Wenda. Wenda adalah murid lulusan SMP dengan nilai tertinggi disekolah ini, begitupun Garry, ia berada diperingkat pertama setelah Wenda. Aku pikir mereka cocok. Ah sudahlah apa peduliku.
"Garry"sahutku.

"Ya"

"Menurut kamu Wenda gimana?"

"Seperti wanita biasa, tapi..."

"Tapi apa?"

"Kau sungguh ingin tau?" Dengan gaya bicara yang selalu membuatku penasaran.

"Ya, boleh aku tau, kan!"

"Tidak. Kau terlalu memaksa" sambil tertawa.

"Baiklah, terserah kau!" Aku mengernyitkan dahi.

"Dia wanita biasa yang lebih menarik dibanding kau hehe" lagi, dia tertawa. Aku hanya memasang wajah melas.

Bel berbunyi, jam pelajaranpun berakhir. Aku segera keluar kelas.

"Wen, hm kamu nanti malam kemana?"

"Dirumah aja, belajar. Kenapa Garry?"

"Gimana kalo kita belajar bareng dirumahku atau dirumahmu?

"Boleh, dirumahku saja, aku lagi malas keluar. Apa kau tau rumahku?"

"Tau kok, aku pernah tak sengaja mengikutimu hehe, nanti malam jam7 aku akan kerumahmu."

"Dasar penguntit wkwk, baiklah"

Hatiku langsung dag dig dug mendengar percakapan mereka.

~1 tahun kemudian~

Kelas 10 telah berlalu, di kelas 11 ini aku mulai mengenal Garry. Aku merasa sudah mulai memahami. Aku merasa punya kesempatan untuk sedikit mencicipi hidup menyenangkan berserk. Aku sanggup mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan baru. Tapi, ternyata kita tak sejalan.

Akhir - akhir ini, aku sering melihat Wenda dan Garry bersama, belajar, Eskul Mading, bahkan istirahatpun mereka sering bersama. Kukira Garry menyukai Wenda.

"Argggghhh... Benci! Benci! Benci!" Gerutuku sambil menggebrak meja.

"Lo kenapa, liat Wenda sampe mukul meja gitu?" Tanya Wina iseng di sebelahku.

Wina adalah sahabatku akhir - akhir ini. Kami duduk sebangku, karena Garry memilih duduk dengan Wenda. Katanya sih kalo duduk denganku dia bisa jadi idiot dan ketularan freak. Padahal Garry lebih freak.

"Gapapa kok. Jgn Negthing lo!"

"Lo tuh kalo cemburu pada tempatnya, kan gak enak kalo mereka liat lo begini. Haha" Celetus Wina.

"I'm not jealous, gue sering berantem sama Garry. I hate him when he talked sweet to all women. Bullshit" jelasku.

"Garry cuma bersikap manis dengan Wenda kok. Jelas lah, Wenda kan perfect, unggul disemua mata pelajaran, calon wakil ketua OSIS, cantik pula. Cowok mana yang bakal tolak dia. Sedangkan lo? Unggul di bahasa Inggris doang. Kerjaan lo cuma nulis cerpen, main gitar, bikin lagu sok puitis. Tapi nilai bahasa Indonesia lo kaya turunan jurang tau gk? Rendah bgt."

"Oh gitu, lo nyepelein gue nih Win? Gue akuin dengan segala kekurangan gue, kalo gue mulai suka sama Garry. Dikit. Ibarat air cuma setetes."

"Setetes s*nlihgt bisa bikin busa banyak loh, kaya rasa suka lo haha." Celetus Wina, berdiri kaya model iklan cucian.

"Gausah sok jadi model iklan deh, lagian cuma cinta monyet." Pandanganku langsung mengarah ke Wina.

Saat kami sedang ngobrol, tiba - tiba Julien datang.

"Gue mau ngajak lo join ke band gue, Ini merupakan hal yang ke sekian kalinya, gue udah nyari-nyari orang untuk ngajak ngeband. Lo kan jago main gitar, bakat lo sayang kalo gak disalurin. Lo mau join band gue kan?" Tanya Julien.

"Gue sih mau aja, tapi gue harus atur waktu juga. Ada siapa diband lo?"

"Posisi drum ada Riki, kita tinggal nyari bassis sama vocalis" cetus Julien

"Yaudah, lo yang cari deh. Gue gak ada waktu buat itu. Kalo udah dapet, kita omongin lagi" jawab gue langsung beranjak dari kursi.

"Lo gak mau bantuin gue gitu? Liaaaaa... Woyyyyyy...!!!" Teriak Julien, aku terus jalan keluar kelas, tak menghiraukan Julien."

"Julien, gue bisa kali jadi vocalis. Gue mau join dong yen." Tanya Wina sangat berharap.

Akhir - akhir ini Wina sering banget liatin Julien, kadang - kadang gue sering liatin dia lagi nguntit Julien di kelas sebelah. Haha udah ketahuan kan, si Wina suka sama Julien.

"Gak! Suara lo cempreng mau nyanyi gitu? Gak deh. Gak. Gue gak mau ambil resiko buat band gue hahahaha" Julien tertawa, beranjak meninggalkan Wina.

"Sial, biarpun suara gue gini, lo pernah ngiringin gue nyanyi!" Wina menggerutu.